BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Bumi Indonesia memiliki potensi sumber
daya alam yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena bentuk tubuh dari bumi
Indonesia khususnya litosfernya tersusun dari kristal dan mineral juga batuan
yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi. Oleh
sebab itu kita perlu mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi tentang kristal
dan mineral baik melalui teori ataupun dengan melakukan praktikum tentang
kristal dan mineral.
Dalam pelaksanaan praktikum
kristalografi dan mineralogi ini ada yang melatar belakanginya yaitu mata
kuliah yang disebut kristalografi dan mineralogi yang disampaikan secara teori
oleh dosen mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Teori-teori yang didapat
akan mudah dimengerti apabila dilakukan suatu kegiatan praktikum, dengan
dilaksanakannya praktikum diharapkan kita dapat memahami suatu kristal dan
mineral dengan jelas sebagai penunjang mata kuliah kristalografi dan mineralogi
serta untuk memudahkan teori-teori yang diberikan pada mata kuliah
kristalografi dan mineralogi.
Dengan mengingat pentingnya diadakan
praktikum ini, maka ketua jurusan menyetujui diadakannya pelaksanaan tersebut
dan seluruh mahasiswa (i) jurusan Teknik Pertambangan semester 1 wajib mengikutinya.
Mineral adalah senyawa alami yang
terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahankomposisi kimia
tetapi juga struktur mineral. Mineral juga dapatdiartikan sebagai bahan padat anorganik yang
terdapat secara alamiah, yang terdiri dariunsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di
dalamnyatersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar
kita, dapat berwujud sebagai batuan,
tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis,
memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan darisusunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akandibatasi
oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang
teratur yang dikenal sebagai
“kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapatdidefinisikan sebagai bahan padat yang homogen
yang memiliki pola internal susunantiga dimensi yang teratur. Studi yang
khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dancara-cara terjadinya bahan
padat tersebut dinamakan kristalografi.Pengetahuan
tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian
yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.Untuk mempelajari
strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristaldan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena
beberapa hal penting di atas maka praktikum
kristalografi dan mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh ataumemperdalam
ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan mengenal sistem kristal
dan perawakan kristal pada mineral.
Kristalografi adalah suatu disiplin ilmu dalam bidang
geologi,kimia dan fisika yang mempelajari bentuk dari Kristal dan bagaimana
dilakukan cara penggambarannya.Kristal didefinisikan sebagai benda padat
homogeny yang dibatasi oleh bidang muka yang licin (tidak kasar)sebabai
ekspresi dari bangun dalam (Internal Struktur) ion, atom atau molekul berbentuk
polyhedral yang teratur.Secara alamiah Kristal terbentuk karena atom dan ion
maupun molekul bebas, pada proporsi yang tepat berkumpul untuk membentuk
Kristal, dimana selama proses pembentukannya ( Proses Kristalisasi), Kristal
mempunyai kecenderungan mengikuti rongga dibawah permukaan bumi sehingga
alamiah Kristal sangat jarang ditemui dipermukaan magma atau rekkristalisasi
dan dalm keadaan padat. Bahan pembentuk Kristal dapat berupa pelarutan air,
hidrotermal dan dalam larutan yang menghasilkan pada pembekuan magma atau pada
rekkristalisasi dan dalam keadaan padat. Perawakan Kristal terbentuk sebagai
adanya kejadian atau proses geologi :
a.
Proses eksogenik, yaitu
proses rekristalisasi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya asal luar.
b.
Prose endogenik, yaitu
prose dimana Kristal berasal dari kristalisasi magma.
c.
Prose tektonik lampung, merupakan
proses dari suatu mineralisasi dan berasosiasi dengan jalur magmatic dan zona
pelapukan.
Adapun cirri-ciri yang khas
dari Kristal adalah :
1.
Bersifat padat
2.
Mempunyai kekerasan
tertentu
3.
Menunjukan sifat
kelistrikan dan kemagnetan
4.
Mempunyai ikatan kimia
5.
Mempunyaistruktur dalam
dasar teori
Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana
batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari
kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat mempelajari ilmu Geologi, kita harus
menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk,
gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi. Dalam studi Geologi, kita
tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum mempelajari
tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk
dapat mempelajari Geologi.
Dalam
studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal tentang Bumi mulai dari
pembentukkan, komposisi, sifat-sifat fisik, struktur, hingga gejala-gejala yang
terjadi didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar tentang Bumi
dan juga pembagian-pembagiannya secara khusus nantinya. Dan pada tahap pertama
yang harus dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-materi pembentuk
Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat mempelajari materi pada
tingkat-tingkat selanjutnya yang ada dalam ruang lingkup studi Teknik Geologi.
Pada
materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu materi Kristalografi, telah
dijelaskan urutan materi pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal,
mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan lita pelajari selanjutnya
adalah tentang mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari
sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan dinamakan dengan
Mineralogi.
Pada
tahap ini kita akan belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu
satuan dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah
dipelajari sebelumnya, kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah
yang terdapat di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat
mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.
Dengan demikian kegiatan praktikum kali ini memiliki
kegunaan bagi praktikan untuk mengenal ilmu kristalografi dan mineralogy dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.
Dasar Teori
Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari bentuk fisik kristal dan cara bagaimana penggambarannya, istilah
kristal berasal dari bahasa Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik
berupa asumsi atau pendapat maupun hasil dari penelitian serta berbagai
percobaan maupun analisa baik dari bentuk ataupun struktur kristal tersebut.
Kristal didefinisikan sebagai benda
padat homogen dan memiliki batas bidang-bidang muka tertentu dimana keteraturan
dari bidang-bidang tersebut merupakan ekspresi dari bentuk bangun dalam
(internal structure) suatu ion, atom, dan molekul.
Adapun pendapat dari para ahli yang
mengemukakan suatu kristal baik berdasarkan asumsi maupun dari penelitian dan
juga percobaan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pliny adalah orang yang pertama kali
mempublikasikan kristal dalam bukunya yang berjudul Natural History.
2. Nicholas Steno (1639-1686), berdasarkan hasil tes
dan percobaannya dengan kristal kuarsa, maka keluar dalil yang berbunyi sama
lebih dikenal dengan ketetapan suatu sudut kristal kristal atau ( The Law
Contancy Of Interpasial Angeles ) yang menyatakan bahwa :
a. Sudut antara dua bidang kristal dalam suatu
individu kristal yang tetap atau konstan walaupun bidang-bidang kristalnya
bergeser tempat karena pertumbuhan kristal itu sendiri.
b. Sudut antara dua bidang kristal sama besarnya
dengan sudut yang bersamaan pada individu lainnya setiap jenis mineral yang
sama.
3. Gugliemini (1655-1750), menganalisa struktur
kristal berdasarkan pada adanya ketetapan arah belahan pada kristal.
4. Hauy (1743-1822), mempublikasikan teorinya
tentang struktur kristal disebutkan dengan “ Traite De Mineralogy “ yang
dikenal dengan atau disebut dengan hokum Hauy yang diantaranya itu sumbu refensi
dimana dapat diketahui sumbu dan posisi dari bidang muka Kristal dapat juga
ditentukan.
5. Roma De Isle (1736)
adalah orang yang pertama kali melakukan pengukuran sudut Kristal dengan
menggunakan alat Geniometer kontak.
6. Johanes Kepler (1661)
menyatakan ketentuan bentuk Kristal yang berdasarkan pada ketetapan arah dari
belahan Kristal.
7. Brafis (1849)
memperkenalkan 14 ruang dan sisi Kristal yang diantaranya adalah:
- Triklinik
- Monoklinik
- Orthorombik
- Cubic
1.2.1.
Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang
berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang
diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya
anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga
susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang
kristalnya selalu tertentu dan teratur.Kristal-kristal tersebut
selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya
tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa
bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang
ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka
kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan
yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut
mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian
kristal, mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat
homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
Ø
Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
Ø
Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain
yang lebih sederhana oleh proses fisika
Ø
Terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti
sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri :
Ø
jumlah bidang suatu kristal selalu
tetap
Ø
macam atau model bentuk dari suatu
bidang kristal selalu tetap
Ø
sifat keteraturannya tercermin pada
bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur
dan tidak mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi
tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau
bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
kristal adalah suatu padatan
yang atom, molekul,
atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika
mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi
atau struktur kristal
yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan
sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam
yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang
akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi
ketika terjadi pemadatan, dan tekanan
ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Kristal juga dapat
didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus
air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan
teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa
bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang
datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka
kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal
berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.
Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
1.2.2.
Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam
pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi
sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar
serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang
umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
·
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu
lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun
industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan
membeku atau memadat dan membentuk kristal.Biasanya dipengaruhi oleh perubahan
suhu lingkungan.
·
Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal
dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya
berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase
ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena
perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas
vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
·
Fase padat ke padat : proses ini dapat
terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur
(deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan u nsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini
hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan
dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya
tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.
1.2.3.
Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara
mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu
didasarkan pada perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai
sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat
simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem,
yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan
Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32
kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang
dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas,
sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga
kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin
mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Tabel 1.1 Tujuh
Sistem Kristal
No
|
Sistem
Kristal
|
Axial
Ratio
|
Sudut
Kristalografi
|
1
|
Isometrik
|
a
= b = c
|
α
= β = γ = 90˚
|
2
|
Tetragonal
|
a
= b ≠ c
|
α
= β = γ = 90˚
|
3
|
Hexagonal
|
a
= b = d ≠ c
|
α
= β = 90˚ ; γ = 120˚
|
4
|
Trigonal
|
a
= b = d ≠ c
|
α
= β = 90˚ ; γ = 120˚
|
5
|
Orthorhombik
|
a
≠ b ≠ c
|
α
= β = γ = 90˚
|
6
|
Monoklin
|
a
≠ b ≠ c
|
α
= β = 90˚ ≠ γ
|
7
|
Triklin
|
a
≠ b ≠ c
|
α
≠ β ≠ γ ≠ 90˚
|
1.2.4.
Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu
simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila
kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri
dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar.Sudut
simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal.
Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama
pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat
dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah.
Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu
utama (sumbu kristal).
1.2.5.
Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi
yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat
diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum
geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga
kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu
a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau
perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari
garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.
Pada praktikum kristalografi yang dilakukan di
laboratorium Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Geologi, Institut
Teknologi Medan. Penggambaran kristal menggunakan proyeksi penggambaran
orthogonal ini.
Tabel 1.2
Penggambaran Tujuh Sistem Kristal
No
|
Sistem
Kristal
|
Perbandingan
Sumbu
|
Sudut
Antar Sumbu
|
1
|
Isometrik
|
a
: b : c = 1 : 3 : 3
|
a+^bˉ
= 30˚
|
2
|
Tetragonal
|
a
: b : c = 1 : 3 : 6
|
a+^bˉ
= 30˚
|
3
|
Hexagonal
|
a
: b : c = 1 : 3 : 6
|
a+^bˉ
= 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
|
4
|
Trigonal
|
a
: b : c = 1 : 3 : 6
|
a+^bˉ
= 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
|
5
|
Orthorhombik
|
a
: b : c = sembarang
|
a+^bˉ
= 30˚
|
6
|
Monoklin
|
a
: b : c = sembarang
|
a+^bˉ
= 45˚
|
7
|
Triklin
|
a
: b : c = sembarang
|
a+^bˉ
= 45˚ ; bˉ^c+= 80˚
|
1.2.6.
Aplikasi Kristalografi Pada Bidang
Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah
penting. Karena untuk mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus
mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri
terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada
bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk
kristal-kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat
mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada
disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu kristalografi juga dapat
digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling
dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena
nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada
dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi
itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang
akan dipelajari.
1.2.7.
Aplikasi
Mineral Pada Bidang Geologi.
Mineralogi
adalah suatu ilmu pengetahuan, yaitu cabang dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang sifat dan ciri mineral-mineral pembentuk batuan yang terdapat didalam
bumi dan manfaatnya bagi kehidupan manusia serta dampak yang dapat terjadi
terhadap sifat dan ciri tanah.
Sifat-sifat fisik suatu mineral sangat dibutuhkan
dalam pengenalan mineral secara megaskopis, yaitu mengenal dan mendeterminasi
mineral tanpa adanya penggunaan mikroskop. Dengan cara seperti ini seseorang
bisa mendeterminasi sekitar ratusan mineral. Dari berbagai macam sifat fisik
mineral tersebut telah dibuktikan kegunaan dan manfaatnya. Kemajuan litbang
dalam iptek penggunaan dan pemanfaatan mineral yang saat ini masih berlangsung
khususnya pada sifat-sifat fisik yang dimiliki mineral, dapat dilihat dari semakin
banyaknya pengunaan berbagai macam atau jenis mineral didalam segala aspek
kehidupan sehari-hari.
1.2.8.
Pengertian
mineral.
Mineral adalah senyawa alami yang
terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral adalah suatu
zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya
mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam
bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam
makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang
mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.
Sebagaimana kita ketahui ada mineral yang berbentuk :
·
Lempeng
·
Tiang
·
Limas
·
Kubus
Mineral juga dapat diartikan sebagai
bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari
unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali
beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan
sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan
demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara
terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Dalam
mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk
menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan
kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal
dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan
defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut
defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk
secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia
yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang
terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki
sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk
geometris tertentu.
Hal
yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang
termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi
kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup
semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian
tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang
terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara
alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan
tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari
pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian
mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk
mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat
yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik
secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik
secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan
tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan
mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja.
Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1.2.8.1. Suhu Kohesi.
Sifat
kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah
mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan
terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan
oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya
tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya
tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
1.2.8.2. Reaksi Terhadap Cahaya.
Mineral
cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak
dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat
fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan
perputaran warna.
1.2.8.3. Perawakan Kristal.
Perawakan
kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama
yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral
maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral
tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan
ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
1.2.8.4.
Sifat Kelistrikan.
Sifat
kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua
jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)
dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
1.2.8.5. Sifat Radioaktivitas.
Sifat
Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ.
Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti
Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K).
Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam
mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan
dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi
dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung
waktu paruhnya (half time).
1.2.8.6.
Gejala Emisi Cahaya.
Gejala
emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses
tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral
Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya
yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra).
Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral,
dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang
cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya
seperti Phospor, Radium dan Flouride.
1.2.8.7. Bau dan Rasa.
Bau
pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
· Bau Sulforous ialah bau yang seperti bau Sulfur (S).
· Bau Bituminous adalah bau yang seperti
Ter
· Bau Argillerous adalah bau seperti
lempung (tanah).
Seperti
halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral
diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
· Rasa Saline atau rasa seperti
garam(asin).
· Rasa Alkaline atau rasa seperti
logam atau soda.
· Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap
mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk
kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur
kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang
artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca &
opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya
proses itu makin tenang dan lambat.
1.2.8.8.
Proses Pembentukan Mineral.
Proses
pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang
tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses
pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut.
Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian
endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas
dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan
distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara
umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan
mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari
proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena
suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan
alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan
dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun
menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa
proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis
maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1.2.8.8.1.
Proses magmatis.
Proses
ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang
terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Early magmatis, yang terbagi atas:
·
Disseminated,
contohnya Intan
·
Segregasi,
contohnya Crhomite
·
Injeksi,
Contohnya Kiruna
2. Late magmatis, yang terbagi atas:
·
Residual
liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
·
Residual
liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
·
Immiscible
liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
·
Immiscible
liquid injection, contohnya Vlackfontein
1.2.8.8.2.
Proses
Pegmatisme
Setelah
proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri
dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C
berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
1.2.8.8.3.
Proses Pneumatolisis.
Setelah
temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan
pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan
bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya,
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena
reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga
terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
1.2.8.8.4.
Proses Hydrothermal.
Merupakan
proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang
sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1. Endapan
hipotermal,
ciri-cirinya :
·
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
·
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan
intrusi dengan kedalaman yang besar.
·
Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite,
Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
·
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn,
W dan Z.
2. Endapan
mesotermal,
ciri-cirinya :
·
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah
daripada endapan hipotermal.
·
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan
dekat dengan permukaan bumi.
·
Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun
sering mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan
“banding”.
·
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb
dan Oksida Sn.
·
Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan
epitermal,
ciri-cirinya :
·
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
·
Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
·
Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
·
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
·
Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade
structure”.
·
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
“gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun
bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal
adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein,
Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan
collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space
filling, Vessiculer fillings.
1.2.8.8.5.
Proses Replacement.
Adalah
prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi
oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting
dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak
telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan
unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya.
Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa
pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi
penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain.
Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak
mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral
yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan
merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
1.2.8.8.6.
Proses Sedimenter
Terbagi
atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
1.2.8.8.7.
Proses Evaporasi
Terdiri
dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
1.2.8.8.8.
Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri
atas :
· Konsentrasi Residu berupa endapan
residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
· Konsentrasi Mekanik (endapan
placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
1.2.8.9. Proses pembentukan Batuan.
Pembentukan berbagai macam mineral
di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah
tersebut bias berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula.
Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen
terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau
disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses
penguapan atau evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan
pirokasit. Batuan metaforf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah
terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan
yang cukup tinggi,namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal dibawah
temperature magma.
Mineral-mineral
pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic
mineral,
tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai
berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar dan
Feldspatoid
2. Mafic
mineral,
tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis
besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
1.2.8.9.1.
Felsic Mineral.
Mineral felsik adalah adalah mineral
primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang,
tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi
tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila
mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar
dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.
A. Quartz
(Kuarsa)
Mineral
kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya.
Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari
mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada
kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat
inklusi dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur
pengotor dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang
ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat
belahan pada kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya
yang berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral
pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya
muncul dengan warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”.
Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa
yang demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga
coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain
yang tidak bersih.
B. Feldspar
Feldspar
dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali
feldspar
yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2. Plagioklas
feldspar
yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada
praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar
ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan
Plagioklas.
·
Orthoclase (Potassium feldspar)
Orthoklas
adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah
mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik,
umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Rumus
kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral
ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai
kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan
baku dalam industri keramik.
·
Plagioklas feldspar
Mineral
Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut
An-orthite.
Sistem
kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76.
plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk
kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
C.
Feldspatoid
Mineral
feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral
ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam
suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah
feldspar dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk
feldspatoid adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan
analcite. Namun yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
·
Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline
adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun
bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral
ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline
adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada
nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan
permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
·
Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam
system isometric dalam bentuk umumnya adalah trapezohedron. Leucite ini
memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine grain matrix.
Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai
berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih
keabu-abuan.
1.2.8.9.2.
Mafic Mineral.
Mineral
mafik adalah mineral primer
berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari
olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.
A. Olivine
((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine
adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk
pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt
dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine
dikenal dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine
mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral ini
memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan pada batuan
beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B.
Piroksin
Piroksin
merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat
dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin.
Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg
dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan
silicon.
Komposisi
kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana symbol W, X, Y dan Z
menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W
= Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X
= Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk
kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku
vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam
batuan plutonik, piroksin adalah Augite.
C.
Amphibole (Horblende)
Amphibole
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada
berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
D. Mica
Mica
adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi,
dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan
air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4
mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan
valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus
umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na dalam Paragonite
mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y
= Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al.
1.3.
Maksud dan
Tujuan
1.3.1. Maksud
Dalam studi geologi, setelah mempelajari ilmu-ilmu
tentang Kristal, tahap selanjutnya adalah mempelajari ilmu tentang mineral atau
minerologi. Minerologi sendiri berkaitan dengan kristalografi dalam
pembelajarannya. Terkait dengan mineral adalah komponen dasar dalam geologi
karena mineral adalah pembentuk batuan yang menjadi inti dari geologi, tentu
saja kita harus mempelajari dan menguasainya untuk dapat melanjutkan ketingkat
berikutnya. Dan dengan menjalani praktikum kali ini dimaksudkan agar kita dapat
mengenal,mengetahui dan menguasai minerologi yang menjadi salah satu dasar
terpenting dalam geologi. Dengan bekal ilmu tentang Kristal yang diperoleh
sebelumnya.
1.3.2. Tujuan.
Adapun tujuan dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini adalah :
1. Menentukan sistem-sistem kristal dari berbagai
macam bentuk kristal berdasarkan panjang, posisi, dan jumlah sumbu yang ada dalam
setiap bentuk dari kristal.
2. Menentukan
kelas simetri berdasarkan jumlah unsur simetri tiap kristal.
3. Dapat
mengenali, mendeskripsikan, serta menentukan nama-nama-nama mineral pembentuk
batuan berdasarkan sifat-sifat fisiknya secara megaskopis.
4. Dapat
mengetahui struktur kristal, komposisi kimia, asosiasi dengan mineral lain
serta proses pembentukan mineral tersebut.
5. Menguasai “indisces” dan dapat menghitung
sudut antar bidang Kristal.
6. Dapat mengenal Kristal berdasarkan bentuk
idealnya.
7. Mengetahui sifat fisik dari mineral.
1.4.
Batasan Masalah
Dalam
laporan ini hanya membahas secara umum tentang Kristalografi dan Mineralogi
yang menjadi dasar dalam pengetahuan tentang ilmu Kristalografi dan Mineralogi.
1.5.
Metode
Penulisan
Metode penulisan dalam laporan ini adalah dengan cara pengetikan dengan
komputer yang data-datanya di ambil dari hasil pengamatan serta dengan mencari data-data saat praktikum.
Selain itu dengan menggunakan metode kepustakaan
dengan mencari data-data yang berhubungan dengan laporan ini, baik itu melalui
buku-buku atau dengan bahan-bahan yang diperoleh dari dosen mata kuliah
kristalografi dan minerologi..
1.6.
Alat dan
Bahan
1.6.1. Alat Kristalografi
Peralatan
yang digunakan dalam praktikum kristalografi adalah :
1. Jangka
2. Busur derajat
3. Penggaris
4. Pensil warna
5. Pensil mekanik (0,5 mm)
6. Pen berwarna (milipen)
7. Rapido
8. Kertas HVS A4/A4S
9. Clipboard
1.6.2.
Alat
Mineralogi
Peralatan yang digunakan dalam praktikum mineralogi adalah :
1. Kuku jari tangan
2. Jarum
3. Uang logam tembaga
4. Paku besi
5. Pisau baja/pisau lipat
6. Kaca
7. Lup
8. Kikir baja
9. Amplas (kasar)
10. Porselin
11. Palu
12. Magnet
13. Lilin
1.6.3. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa contoh mineral yang terdapat
di Laboratorium Teknik
siipp
BalasHapus