BAB
II.
KRISTALOGRAFI
DAN MONEROLOGI
2.1.
Kristalografi
Kristalografi adalah
sains eksperimental yang bertujuan menentukan susunan atom dalam zat padat.
Dulunya istilah ini digunakan untuk studi ilmiah kristal. Kata “kristalografi”
sendiripun berasal dari bahasa Yunai, yakni crystallon
yang artinya “tetesan dingin/beku”, dengan makna meluas pada semua padatan
transparan pada derajat tertentu, dan graphein
(menulis). Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu dalam bidang
geologi, kimia dan fisika yang mempelajari bentuk fisik kristal. Kristal
didefinisikan sebagai benda padat homogen yang memiliki batas bidang muka
tertentu dimana keteraturan bidang-bidangnya merupakan ekspresi dari bentuk
bangun dalam suatu ion, atom, dan molekul.
Kristal terbentuk secara alamiah dan
mempunyai unsur atom, ion, dan molekul bebas pada proporsi yang dapat terkumpul
sehingga membentuk kristal. Dalam proses pembentukan kristal terdapat
kecenderungan mengikuti rongga-rongga bawah dari permukaan bumi, sehingga
sangat jarang ditemui bentuk kristal alamiah yang sempurna. Dan bahan-bahan
pembentuknya dapat berupa hasil dari pelarutan air dan larutan pada permukaan
magma maupun relaksasi dalam keadaan padat.
Substansi kristal yang dihasilkan dari
proses relaksasi terdiri dari dua macam, yaitu substansi amori dan substansi
kristalin. Kristalin yang bersubstansi amori adalah kristal yang tidak memiliki
keteraturan pada konfigurasi atom-atom atau molekul penyusunnya. Sedangkan kristal
yang bersubstansi kristalin adalah kristal yang memiliki konfigurasi atom-atom
atau molekul teratur.
Beberapa akibat terbentuknya kristal dari proses
geologi, berupa :
- Proses
Endogenik, yaitu dimana kristal berasal dari suatu proses kristalisai magma.
- Proses
Eksigenik, yaitu dimana proses kristalin sangat dipengaruhi oleh gaya-gaya asal
luar.
- Proses
Tektonik Lempeng, yaitu merupakan suatu proses mineralisasi yang berasosiasi
pada jalur magnetik dan zona pelapukan.
Apabila
diamati lebih lanjut kita dapat mengetahui kristal berdasarkan bentuknya, maka
kristal terbagi menjadi :
a. Kristal
Euhedral adalah kristal yang dicirikan oleh perkembangan muka kristal yang
sempurna.
b. Kristal
Subhedral adalah kristal yang dicirikan oleh perkembangan muka kristal yang
sebagiannya saja yang sempurna.
c. Kristal
Anhedral adalah kristal yang dicirikan oleh kristal yang tidak memiliki bidang
muka kristal.
2.1.1. Unsur-unsur
Simetri Kristal
Unsur-unsur simetri
kristal terbagi menjadi :
2.1.1.1.Pusat
Simetri Kristal
Suatu
kristal dapat dikatakan mempunyai titik atau pusat simetri apabila setiap garis
yang ditarik dari tiap titik pada permukaan kristal selalu melalui pusat-pusat
kristal, sehingga menghasilkan titik-titik yang berlawanan arah dengan jarak
yang sama atau pusat simetri merupakan titik khayal didalam kristal sebagai
tempat perpotongan kristal antara sumbu-sumbu yang sama pada posisi yang ada
dan berlawanan arah. Dan biasanya pusat simetri dilambangkan dengan notasi (c)
atau (i)
2.1.1.2.Bidang
Simetri Kristal
Bidang
simetri atau cermin ini merupakan suatu bidang imaginer atau bisa juga dibilang
bidang khayal yang memisahkan dua bidang yang mempunyai bentuk muka yang sama
dalam ukuran dan bentuk pada arah yang berlawanan. Bidang simetri tersebut
merupakan suatu bidang pencerminan (m) antara kristal yang lainnya
2.1.1.3.Sumbu
Simetri Kristal
Sumbu simetri adalah garis khayal,
yaitu dimana kristal dapat berotasi dan juga disebut sebagai sumbu lipat serta
dapat menunjukkan paling banyak dari kenampakan kristal atau merupakan garis
khayal pada kristal yang jika diputar 1 kali pemutaran penuh (360) melalui
garis khayal sebagai porosnya maka akan menghasilkan kenampakan yang sama.
Adapun jenis-jenis sumbu simetri antara lain :
- Sumbu
Utama yaitu mempengaruhi pada penentuan sistem kristal pada sumbu a, sumbu b,
dan sumbu c.
- Sumbu
Miring yaitu tidak mempengaruhi didalam penentuan sistem kristal :
a. Sumbu
Diagonal yaitu sumbu yang mana menghubungkan susut-sudut kristal dan biasanya
terletak diantara sumbu a, sumbu b, dan sumbu c.
b. Sumbu
Oblique yaitu sumbu miring selain sumbu diagonal.
- Sudut
antara sumbu utama yang besarnya dapat menentukan dalam penentuan sistem
kristal dimana sistem-sistem sudut tersebut adalah sudut antara sumbu b dan
sumbu c, sudut antara sumbu a dan sumbu c, dan sudut antara sumbu a dan sumbu
b.
- Sumbu
Rotasi yaitu sumbu simetri yang jika diputar akan menunjukkan kenampakan suatu
kombinasi inversi atau pembalikan pada belahan kristal tersebut.
- Sumbu
Rotasi Inversi yaitu suatu sumbun simetri yang dapat menunjukkan kenampakan
suatu inversi atau pembalikan pada sisi lain.
- Screw
Axis yaitu sumbu simetrinya sebagai bentuk kombinasi antara pemutaran dan
pergeseran translasi dimana selama pemutaran dan pergeseran menunjukkan
penampakan ulang.
- Axial
Ratio yaitu meruapakan perbandingan antara panjang sumbu-sumbu a, b,c, dan d.
2.1.1.4.Zona
dan Sumbu Zona
Bidang-bidang kristal
yang terletak pada sedemikian rupa sehingga garis-garis potong saling sejajar
satu sama lain dan sumbu zona adalah garis nyata yang sejajar dengan garis
potong nya terletak, pada tengah-tengahnya.
2.1.2. Indiscee
dan Parameter
Dalam
pengertian Indices yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
kedudukan, posisi dari bidang muka kristal.Sedangkan pengertian dari parameter
yaitu merupakan perbandingan bagian panjang antara sumbu simetri kristal yang
terpotong oleh perpanjangan, dari bidang muka kristal tersebut
2.1.2.1.Indiscess
Weiss
Dalam menyatakan indeks bidang muka
kristal ini, weiss mendasarkan pada parameter ini, dari bidang muka kristal
yang mempunyai panjang pemotongan secara sebenarnya terhadap sumbu-sumbu
simetri utama, sehingga bidang muka kristal perpanjangannya ini tidak memotong
sumbu, dengan notasi tidak terhingga. ( ~ ).
-
Tetapkan letak sumbu-sumbu simetri
utama.
-
Tetapkan bidang muka kristal yang
dimaksud.
-
Cari parameter perpotongannya.
Tentukan
nilai indeks weiss bidang dari muka pada kristal.
Sumbu a terpotong
sehingga parameter perpotongan dituliskan:
-
1 a
:~c atau ; a ; b ; c = 1 :~:~
Apabila
muka bidang kristal memotong sumbu yang negatif, maka tanda negatif “-“ hendaknya dituliskan dibagian atas
indeks.
2.1.2.2.Indiscess
Miller
Dalam
menyatakan indeks bidang muka Kristal Miller telah mengupayakan untuk
menghilangkan notasi tak terhingga ( ~ )
pada bagian parameter perpotongan yang sejajar sumbu-sumbu simetri utama dengan
membalikkan proporsi kepada parameter perpotongan yaitu dengan menempatkannya
pembilang menjadi penyebut dan sebaliknya bila ada angka pecahan dibulatkan.
Contoh sebagai
berikut :
Suatu
bilangan kristal memotong OA : OB :
OC dengan perbandingan panjang 0,8 : 1,5
: 0,5 cm dianggap sebagai satuan ukur, maka harus dibulatkan menjadi 1 : 2 : 1
.
Sehingga
Indices Millernya menjadi nilai ( 121 ) bidang D hanya memotong sumbu c dan
sejajar dengan sumbu a dan b, maka Indices Weiss = 1 dan pada Indices Miller
hal ini tidak menunjukkan ada posisi dari bidang dimuka kristal. Agar notasi
menghilang dari tak terhingga harus dikembalikan pada Indices Miller dengan
suatu “ Reciprocals “, menjaadi = 0 0 1 .
Intercept
|
Reciprocals
|
Indices
|
1 2 1
|
1/1 1/2 1/1...x2
|
2 1 2
|
~ ~ 2
|
1/0 1/0 1/2...x2
|
0 0 1
|
6 4 ~
|
1/6 ¼ 1/0...x12
|
2 3 0
|
Tabel
2. Repciprocals oleh Miller
Cara
menentukan Indices Miller :
-
Cari parameter perpotongannya.
-
Buat proporsi parameter dari perpotongan sebenarnya.
-
Buat proporsi perpotongan Miller dengan cara menempatkan pembilang menjadi
penyebut dan sebaliknya dari propersi parameter dan yang sebenarnya.
-
Bulatkan jika terdapat angka pecahan.
- Tentukan nilai Indeks
Miller bidang dimuka yang dimaksud dengan cara menuliskan secara berurutan
proporsi Miller dalam tanda kurung yaitu (a b c)
2.1.3. Identifikasi
dan Kelas Kristal
Cara mengindentifikasi
suatu kristal telah bnyak dirumuskan oleh para ahli, namun secara umum hanya
notasi Herman Manguin yang sering dan dipakai untuk identifikasi kristal.
2.1.3.1.Identifikasi
Sistem Kristal
Faktor
utama yang mempengaruhi dasar didalam pengidentifikasian sistem kristal ini
adalah konstanta kristalografi dari kristal yang akan diidentifikasi.
Langkah-langkah
dalam penentuan adanya identifikasi kristal adalah :
- Ambil sampel kristal yang akan dicoba
diidentifikasi.
- Perkiraan letak sumbu-sumbu simetri utama.
- Tentukan konstanta kristalografi.
- Kelompokan kristal tersebut dalam sistem dan
konstantanya.
2.1.3.2.Identifikasi
Kelas Kristal
Cara
mengidentifikasi suatu kristal telah banyak dirumuskan oleh para ahli, antara
lain oleh schoenflies, shuvbnihev, maupun juga oleh ahli Herman Manguin yang
lebih umum digunakan dalam praktikum notasi dari Hermn Manguin adalah :
-
Notasi penulisan simetri yang dilakukan oleh Herman Manguin dalam penelitian
dikristalnya notasi ini dituliskan secara beruntun dalam penulisannya.
2.1.4. Teknik
Penggambaran
Faktor utama yang sangat menentukan dalam
teknik penggambaran dari unsur-unsur simetri yang dimiliki olah kristal dengan
memperhatikan suatu konstanta penggambaran yang sudah ditetapkan.
2.1.4.1.Teknik
Penggambaran Dalam Dua Dimensi
Jika
ingin mengamati objek dari tiga dimensi menjadi dua dimensi yaitu dengan cara
proyeksi kristalografi, dan disuatu prinsip dari proyeksi kristal adalah
penggambaran kembali dari setiap bidang dimana suatu kristal menjadi suatu
titik tertentu, dengan cara dan menentukan posisi dengan menarik garis tegak
lurus atau garis normal dari suatu pusat kristal terhadap muka kristalnya,
sehingga memotong dari bidang proyeksi. Dalam hal ini, kristal ditempatkan
pusat bola.
Proyeksi
ini terbagi menjadi :
- Proyeksi Bola
- Proyeksi Stereografi
- Proyeksi Gnomonik
- Proyeksi Ortografi
2.1.4.2.Teknik
Penggambaran Tiga Dimensi
Penggambaran
tiga dimensi dengan menggambarkan diunsur-unsur simetri kristal dalam bentuk
tiga dimensi, dengan memperhatikan sudut gambar baik horizontal maupun
pertikal.
2.2.
Minerologi
Mineralogi
ialah ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika
dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.
Mineralogi merupakan suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatunya tentang
mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat
mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang ada kaitannya dengan
mineral.
Bebatuan
yang sering kita temukan di sekitar lingkungan kita merupakan kumpulan mineral
yang terbentuk saling mengikat sehingga membentuk bongkahan batu. Mineral
merupakan terminologi untuk menyebutkan suatu zat yang terbentuk secara alami,
anorganik, mempunyai unsur kimia tertentu dan memiliki sifat-sifat fisis maupun
kimiawi. Bintik-bintik berwarna putih, hitam, atau abu-abu pada bentuk luar
bebatuan bila diperhatikan tanpa kita sadari sebenarnya merupakan suatu mineral
yang mempunyai karateristik yang berbeda-beda. Apabila dipelajari lebih lanjut,
pada batuan tersebut terdapat mineral hornblende yang berwarna hitam, mineral
kuarsa yang berwarna putih kebening-beningan, mineral plagioklas yang berwarna
putih, dan bahkan mungkin dapat ditemukan mineral ortoklas yang berwarna merah
jambu. Jumlah mineral di bumi ini sangat banyak dan hampir tak terhitung
jumlahnya serta ada ribuan jenis mineral yang berbeda-beda.
Agar
dapat mempelajari tentang mineral, tentunya terlebih dahulu mengetahui
sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Beberapa sifat mineral, yaitu sifat
fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi. Sifat fisik secara
teori ini hanya dapat menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak
dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan
mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja.
2.2.1. Pengertian
Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral adalah suatu
zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya
mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam
bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam
makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang
mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam.
2.2.2. Kegunaan
Mineral
Kegunaan mineral sangat
banyak terutama yang berkaitan dengan industri kecil dan industri besar. Dalam
laporan ini hanya kegunaan sebagian dari mineral yang ada antara lain :
1. Talk (H₂Mg(SiO₃)₄)
Digunakan sebagai alat
penyemir dan juga sebagai tepung kosmetik.
2. Gypsum
(CaSO₄
2H₂O)
Digunakan sebagai bahan
bangunan dan metalogi.
3. Calsit
(CaCO₃)
Digunakan sebagai bahan
bangunan dan alat optik.
4. Flourit
(CaFe₂)
Digunakan sebagai alat
optik dan metalogi.
5. Argenit
(Ag₂S)
Merupakan bahan tambang
yang menghasilkan perak.
6. Quartz
(SiO₂)
Digunakan sebagai alat
opik dan industri gelas atau seperti perhiasan.
7. Silver
( Ag )
Digunakan sebagai bahan
konduktor dan panas.
8. Kaelinite
(Al₂Si₂O₅OH)
Digunakan sebagai bahan
keramik, bangunan, juga industri kertas.
9. Diamond
( C )
Digunakan sebagai
perhiasan, pemotong kaca, dan mata bor. Umumnya juga terdapat pada batuan ultra
basa atau kimberlit sebagai intan primer dan pada endapan sekunder dengan emas,
perak, dan korondum.
10.
Bauksit ( Al₂O(OH₄
)
Digunakan
sebagai pembuatan alumunium dan untuk bahan tahan api.
11.
Magnetite (Fe₃O₄
)
Merupakan biji besi
yang penting untuk suatu pembuatan baja diSwedia.
12.
Anhidrit (CaSO₄)
Digunakan sebagai bahan
hiasan dan jambangan buat bunga.
13.
Rodonit ( MnSiO3)
Digunakan sebagai bahan hiasan khususnya
yang terbuat dari semen.
2.2.3. Sifat-sifat
Fisik Mineral
Dalam
segi praktis terutama dalam, kegiatan pendiskripsian mineral. Sifat fisik
deskripsi dilabolatorium, adapun beberapa sifat fisiknya :
2.2.3.1.Warna
Warna
merupakan sesuatu yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena oleh cahaya
yang dipantulkan oleh mineral itu sendiri. Warna penting untuk membedakan
antara warna mineral yang diakibatkan oleh pengotoran dan warna asli yang
berasal dari elemen utama mineral itu sendiri. Kebanyakan mineral mempunyai
warna yang khusus, misalnya mineral azurit yang berwarna biru atau mineral
epidon yang berwarna kuning hijau.
Warna
mineral terbagi menjadi 2 macam, yaitusebagai berikut:
1. Warna Isiokhromatik yaitu apabila suatu
mineral mempunyai warna yang selalu tetap, biasanya dapat dijumpai pada mineral-mineral
yang tidak bisa di tembus oleh cahaya atau berkilap logam. Contohnya seperti
Magnetit, Galena, Pirit, dan Pirolusit.
2. Warna
Allokhromatik yaitu apabila suatu mineral yang warnanya tidak tetap dan
tergantung terhadap mineral pengotornya, biasanya dapat dijumpai pada
mineral yang tembus oleh cahaya atau berkilap non logam. Contohnya seperti
Kuarsa, Gipsum, dan Kalsit
2.2.3.2.Gores
Adalah
warna mineral dalam bentuk serbuk diperoleh dengan cara menggoreskan sampel
suatu mineral pada porslin putih atau juga dapat diperoleh dengan cara
memmbubuk atau mengikir mineral tersebut. Porselin biasanya memiliki kekerasan
sekitar 7, karena itu tidak dapat dipergunakan untuk mineral dengan kekerasan
yang lebih dari 7.
Contoh
:
- Pyrite warna gores hitam
- Orthoklas warna gores putih
2.2.3.3.Kilap
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang
dipantulkan dari permukaan luar sebuah mineral dan berhubungan erat dengan
sifat pemantulan dan pembiasan. Intensitas kilap tergantung dari indeks bias
dari suatu mineral yang apabila semakin besar indeks bias mineralnya maka
semakin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkannya . Nilai ekonomis dari
mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Kilap
mineral dibagi menjadi :
1.
Kilap Logam ( Metallic Luster )
Mineral-mineral opaque yang
memiliki indeks bias sama dengan tiga atau lebih. Contohnya seperti
Galena, Native Metal, Sulfit, dan Pirit
2.
Kilap Non Logam ( Sub Metallic Luster )
Kilap
jenis ini terdiri dari :
· Kilap Kaca (Vitreous Luster)
Apabila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti kaca. Contohnya seperti
Kuarsa dan Kalsit.
· Kilap Intan (Diamond Luster)
Apabila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan cemerlang seperti intan.
Contohnya seperti pada Intan.
· Kilap Sutera (Silky Luster)
Apabila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan sutera dan biasanya
terdapat pada mineral yang berserat. Contohnya seperti Asbes, Aktinolit,
dan Gipsum.
· Kilap Damar (Resinous Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti getah damar atau
kekuning-kuningan. Contohnya seperti Spalerit dan Sulfonit.
· Kilap Mutiara (Pearly Luster)
Apabila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti mutiara atau bagian dalam
dari kulit kerang. Contohnya seperti pada Muskovit, Talk, dan Dolomit.
· Kilap Lemak (Greasy Luster)
Apabila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti sabun. Contohnya seperti
pada Serpentinit.
· Kilap Tanah (Earthy Luster)
Bila
terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti lempung. Contohnya
seperti pada Kaolin, Limonit, dan Pauksit
2.2.3.4.Pecahan
Pecahan
adalah suatu kenampakan mineral dalam keadaan pecah, cara mengetahuinya adalah
dengan melalui bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak licin, dan tidak
teratur. Bila tidak membelah secara teratur, maka mineral
akan pecah dengan arah yang tidak akan teratur, umumnya tidak mempunyai
permukan itu datar.
Fracture dapat dibagi menjadi enam,
yaitu :
1.
Concoidal
Pecah
mengulit bawang atau memperlihatkan dan gelombang yang melengkung dipermukaan
pecahaan seperti kenampakan rumah siput atau pechan botol. Contoh : Kwarsa,
Obsidian
2.
Hackly
Permukaan
tidak teratur dengan ujung-ujung yang runcing. Contoh : Pecahan besi, emas
3.
Uneven atau Irregular
Permukaan
teratur dengan ujung-ujung yang runcing.
Contoh
: Pecahan besi, emas
4.
Even
Permukaan
yang relatif berauran.
Contoh
: Garnet, Kalopirit
5.
Splinter atau Fibrous
Menunjukkan
gejala pecahan seperti serat.
Contoh
: Asbes, Augit
6.
Earthy
Jika
mineral pecah, hancur seperti anah.
Contoh
: Talk
2.2.3.5.Belahan
Adalah
kemampuan mineral untuk membelah diri sesuai dengan bidang belahnya. Bidang
pada belahan umumnya berupa bidang muka datar atau sejajar dengan bidang
kristal dan indices itu.
Kualitas
belahan debagi menjadi empat, yaitu :
1.
Perfect (Sempurna)
Yaitu
pecah sejajar bidang belahnya dengan memperlihankan bidang permukaan yang
halus.
2.
Good (baik)
Yaitu
lebih mudah pecah menurut bidang belah dibandingkan dengan bidang atau arah
lain.
3.
Distinct (berbeda)
Yaitu
pecah sesuai bidang belahnya tetapi juga dapat pecah menuru arah lainnya.
4.
Indistinct (sama segala arah)
Yaitu
bila bidang belahYaitu belah dan bidang sama mudahnya. Bila bidang belah ini
dalam satu mineral, tidak memberikan suatu pola tertentu dengan kata lain
mineral tersebut pecah secara tidak dapat tidak beraturan, maka keadaan ini
dinyatakan sebagai pecahan.
2.2.3.6.Kekerasan
Adalah
ketahanan mineral terhdap goresan benda lain. Dalam mengukur kekerasan dapat
digunakan berbagai cara, akan tetapi juga di lapangan cukup diketahuai kekerasan
relatifnya. Dalam mineralogi kekerasan relatif akan dapat diterminasikan dengan
menggunakan suatu set dan mineral standar yang dikenal dengan nama adalah.
“SKALA
MOSH”
Skala kekerasan
|
Mineral
|
Rumus kimia
|
1
|
Talk
|
H₂Mg(SiO₂)
|
2
|
Gypsum
|
CaSO₄ 2H₂O
|
3
|
Calcite
|
CaCO₃
|
4
|
Flourie
|
CaFe₂
|
5
|
Apatite
|
Ca₅(PO₄)₃F
|
6
|
Orthoklas
|
Kal Si₃O₈
|
7
|
Kwarsa
|
SiO₂
|
8
|
Topas
|
Al₂SiO₄(F OH)₂
|
9
|
Corundum
|
Al₂O₃
|
10
|
Diamond
|
C
|
Tabel
2. Skala Mohs
Secara
sederhana untuk mengukur kekerasan relatif dapat digunakan :
- Kuku =
2,5
- Koin Tembaga = 3
- Pisau Lipat = 5,5
- Kaca =
6,5
2.2.3.7.Ketransparanan
Adalah kemampuan suatu subtansi untuk
dapat tembus atau dilalui oleh cahaya, didalam tidak ada mineral yang
benar-benar tembus oleh cahaya bahkan air yang dianggap sebagai media transparan
paling baik ternyata juga membiasakan cahaya yang masuk kedalamnya. Berdasarkan
sifanya transparan dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1.
Sectile
Apabila dapat dirubah bentuknya dipotong
atau diiris-iris tipis dengan pisau.
Contoh : Gypsum,
Calcorte
2.
Flexible
Apabila dapat berubah bentuknya dengan
pembengkokan tapi tidak dapat kembali seperti semula jika tekanan dihilangkan.
Contoh : Talk
3.
Brittle
Apabila pecah jika dipukul maupun jika
dipotong dengan pisau.
Contoh : Kalsit
4.
Elastis
Apabila dapat dibentuk atau dibengkokkan
akan kembali kebentuk semula, jika gaya yang tadinya diberikan dihilangkan.
Contoh : Mika
2.2.3.8.Ketahanan
Ketahan
merupakan sifat suatu mineral dan
terhadap gaya pemukulan,tarikan,pengurusan dan pengirisn maupun pemotongan.
Istilah berikut ini dapat dipergunakan untuk itu menyatakan ketahan suatu mineral ,yaitu :
1. Meleable
Apabila mineral dapat
ditempa dengan suatu dan cara pemukulan palu tanpa mengalami pecahan.
Contoh : Emas,tembaga,perak.
2. Ductile
Apabila dapat dirubah
bentuknya dengan suatu penekan,khususnya menjadi bentuk suatu itu menyerupai
kawat.
Contoh :
Native,metals,emas perak.
3.
Sectile
Apabila dipukul pecah
dan dapat dipotong atau diiris tipis-tipis dengan pisau.
Contoh :
Gypsum,Calcopirit.
4. Fleksible
Apabila dapat dirubah
bentuknya dengan cara pembengkokan tetapi tidak kembali sama kbentuk semula
jika tekanan dihilangkan .
Contoh : Talk
5. Brittle
Apabila pecah atau
dipukul maupun dipotong,dengan pisau .
Contoh : Calsite
6. Elastis
Apabila dapat dibentuk atau
dibengkokkan,akan kembali kebentuk semula jika gaya yang tadinya diberi
dihilangkan
2.2.3.9.Kemagnetan
Semua
mineral sebenarnya dipengaruhi oleh medan magnet bumi . Berdasarkan pengaruh
medan magnet tersebut sifat mineral dibedakan menjadi :
1. Feromagnetik
Mineral yang
terpengaruh oleh medan magnet
2. Faramagnetik
Mineral yang tidak semua terpengaruh medan magnet
3. Diamagnetik
Mineral yang menolak medan magnet (Non
Logam
2.2.3.10.
Berat jenis
Merupakan
angka yang menyatakan berapa kali berat suatu benda jika dibandingkan dengan
berat air yang volume bendanya sama dengan volume benda itu.
Berat
jenis tidak memiliki satuan dan dapat ditentukan dengan beberapa metode.Cara
menentukan berat jenis dengan metode juga, suspensi :
1. Ambil
sampel mineralnya
2. Masukkan
sampel dalam cairan berat yang telah diketahui berat jenisnya.
3. Usahakan
agar sampel melayang dalam salah satu
cairan berat tersebut, encerkan dahulu larutan tersebut .
4. Tentukan
berat jenis minera dengan cara bahwa sampel yang melayang ,itu mempunyai berat
jenis yang sama dengan juga larutannya.
Cairan
berat yang digunakan untuk sebagai bahan pembanding untuk
menentukan berat jenis mineral, antara lain :
1. Brotoform
(CH - Br₃) G
= 2,9
2. Acitylena
tetra bromida G = 2,96
3. Methylenalolida
(CH₂ I₂) G =3,33
4. Larutan
Clarici G =
4,2
Pengenceran
menggunakan aceton, untuk nomor 1, 2, 3, dan 4 menggunakan air. Secara
sederhana berat jenis mineral larut dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Berat
jenis ringan lebih kecil dari 2,5
2.
Berat jenis sedang 2,5 – 3,0
3.
Berat jenis 3,0 – 6,0
4.
Berat jenis sangat berat lebih dari 6
Berat
jenis beberapa mineral :
1. Halit = 2,1 – 2,5
2. Kwarsa = 2,56
3. Corundum = 4,0
4. Sfalerit = 4,0
5. Pyrite = 5
6. Gypsum = 1,3
7. Intan = 3,5
8. Galena = 7,5
9. Cinnabar = 8,0
10. Hematit = 5,2
2.2.3.11.
Perawakan
Adalah
bentuk kenampakan atau perawakan, dari mineral yang tumbuh baik sebagai
individu maupun agregat sebagai penolong pengenal dari mineral :
1. Perawakan
mineral tersendiri
- Capillary dan Filliform : Merambut juga
membenang
- Acicular :
Menjarum
- Bladed :
Melebar, Panjang
- Tabular :
Memapan, Pipih
- Lamnular :
Memapan, Berlapis
- Foliated :
Mendaun
- Micaceous : Memika
- Plumose :
Membulu
- Stout/Stubby :
Mondok dan gemuk
- Bloky :
Membata
- Banded :
Memita
- Columnar :
Meniang gemuk
2.
Perawakan mineral berkelompok
-
Bladed :
Membilah
-
Banded :
Memita
- Columnar : Meniang
-
Fibrous :
Menyerat
-
Reticulated :
Menjaring
-
Divergent : Menyebrang
-
Stellated :
Membintang
-
Dendritik : Mendaun Halus
-
Colloform : Membulat
3.
Perawakan mineral membulat dipermukaan, atau besarnya bulat-bulat :
- Reniform :
Mengginjal
- Mamilary :
Bulat besar
- Globular :
Membola
- Granular :
Membutir
- Pisolitik
: Membutir serupa
Kacang
tanah
-
Amiqdaloidal : Menggumpal
-
Massive :
Kompak
-
Collite : Bola kecil
-
Concetris :
Berlapis-lapis