BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu
fisika, dimulai dari pengukuran hingga gaya-gaya yang kita lakukan. Untuk lebih
memahami ilmu-ilmu fisika,sehingga dilakukanlah praktikum. Dengan acuan kepada materi-materi
yang telah dipelajari.
Pratikum merupakan
suatu praktek secara langsung berhubungan dengan sesuatu atau objek yang sedang
dibahas .Pratikum adalah suatu pratek pengembangan dari teori yang
dipelajari,sehingga mahasiswa /itidak hanya mengetahui teori tetapi mengetahui
wujud yang dipelajari. Contoh saja pengukuran ,jika hanya teori maka akan sulit
dipahami serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Dalam pratikum Fisika
Dasar 1 menyajikan pengukuran yang berkomposisi jangka sorong ,sperometer.Dan
juga ditambah percobaan-percobaan lain meliputi kesetimbangan ,bandul sederhana
dan gesekan .Kemudian dalam pratikum membutuhkan teori penunjang yang cukup
untuk mendukung pelaksanaan pratikum.
Dalam kesempatan ini
,penulis menyajikan kumpulan teori penunjang dalam sebua makalah yang tersusun
secara sistematis dan terperinci serta hadir dengan bahasa umum yang mudah
dipahami.Makalah ini bersumber dari buku –buku yang berhuungan dengan teori
pratikumserta bersumber dari internet yang telah disaring. Segenap mahasiswa/I
khususnya jurusan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam. Agar dapat
memanfaatkn makalah inisebagai tambahan teori penunjang dalam pratikum.sehingga
dapat melakukan pratikum dengan hasil yang memuaskan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam makalah ini “ Materi-Materi
dalam Praktikum Fisika Dasar I”.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan
perumusan masalah yang telah dikemukakan maka pemelitian ini bertujuan: “untuk
mengetahui materi-materi yang terdapat dalam praktikum fisika dasar I.
1.4 Manfaat
Dengan tercapainya tujuan penelitian
ini, diharapkan hasilnya akan dapat menjadi ilmu tentang :
1.
Cara menggunakan alat-alat ukur.
2.
Mengetahui tingkat ketelitian suatu alat ukur
3.
Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada titik kesetimbangan
4.
Menentukan nilai gravitasi bumi
5.
Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JANGKA SORONG
2.1.1 Deskripsi
Mistar ingsut yang
merupakan nama lain dari jangka sorong, mistar geser jangka geser atau
schuifmoat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur yaitu adanya skala linear pada
batangnya, sedangkan perbedaanya terletak pada cara pengukuran objek ukur. Pada
jangka sorong dibuat rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensorik untuk
untuk menjepit benda ukur sewaktu melakukan pengukuran. Permukaan kedua rahang
ini dibuat sejajar dan relatif kuat untuk menghindari kesalahan ukur. Batang
ukurnya dibuat kaku dengan permukaan rahang keras sehingga tidak mudah lentur
dan tahan aus, sebab rahang ukur gerak harus menggeser batang ini.
Ada beberapa bagian
dari jangka sorong yang digunakan untuk mengukur atau menentukan dimensi
dalam, luar, kedalaman dan ketinggian dari benda uji. Yaitu pisau ukuran luar.
Bagian yang digunakan untuk mengukur diameter dalam dan bagian yang digunakan
untuk mengukur kedalaman benda yaitu pisau ukuran kedalam
Jangka sorong
mempunyai 2 bagian utama yang disebut rahang tetap dan rahang sorong (rahang
geser). Skala panjang yang tertera pada rahang tetap disebut skala utama, satu
bagian utama panjangnya 1 mm. Adapun rahang sorong dilengkapi 10 bagian skala
yang disebut skala nonius/vernier. Panjang skala nonius adalah 0,9 mm. Ini
berarti antara 2 garis yang terdekat sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian
selisih skala utama dengan skala nonius adalah 9 mm. Ini berarti 1 skala nonius
(jarak antar 2 garis yang berdekatan ) sama dengan 0,9 mm. Dengan demikian
ketidakpastian jangka sorong bisa didapat dengan menggunakan rumus:
∆X = ½ x nst (nilai skala
terkecil)
∆X = ½ x 0,1 mm = 0,05 mm
2.1.2 Cara Menggunakan Jangka Sorong
· Bacalah skala utama yang berimpit / skala yang terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius
·
Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan
skala utama
· Hasil
pengukuran, dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
H = Skala Utama +
( Skala Nonius yang berimpit x 0,05 mm )
2.1.3
Jenis – Jenis Jangka Sorong
1. Jangka Sorong Nonius (Vernier Calper)
Ada dua jenis utama dari jangka sorong nonius. Jenis
pertama hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam,
sedangkan jenis kedua selain untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam,
juga dapat mengukur ketinggian.
Pada jenis pertama, untuk mengukur dimensi dalam maka
harga yang dibaca pada skala linear harus ditambahkan dengan tebal dari ujung
kedua rahang ukur. Biasanya mistar ingsut/jangka sorong ini mempunyai kapasitas
ukur sampai 150 mm. Sedangkan untuk jenis besar dapat sampai 1000 mm.
Kecermatan pembacaan tergantung dari skala noniusnya dalam hal ini adalah 0,10
mm ; 0,50 mm atau 0,2 mm.
2. Jangka Sorong Jam (Dial Caliper)
Mistar ingsut/jangka sorong jam, memakai jam ukur sebagai
ganti dari skala nonius. Gerak lurus sensor dirubah menjadi gerak berputar dari
jam penunjuk dengan perantaan roda pada poros ukur dan batang bergigi melekat
di tengah – tengah sepanjang batang mistar. Berikut merupakan tabel dari pembagian
skala untuk kecermatan ingsut jam.
Tabel 2.1 Pembagian skala kecermatan ingsut jam
kecermatan
|
Satu putaran atau 100 bagian skala jam menggeser sensor sejauh
|
Angka pada jam dalam mm setiap
|
Pembagian skala dalam selang
|
0,1 mm
0.05 mm
0,02 mm
|
10 mm
5 mm
1 mm
|
10 bagian
20 bagian
5 bagian
|
1mm
1 mm
1 mm
|
3. Jangka Sorong
Ketinggian (Height Gauge)
Suatu jenis jangka sorong yang berfungsi sebagai pengukur
ketinggian disebut jangka sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan
rahang ukur yang bergerak vertikal pada batang berskala tegak lurus dengan
landasannya. Permukaan rahang ukur sejajar dengan permukaan bawah dari
landasannya.
Skala utama pada batang ukur ada yang dapat diatur
ketinggiannya dengan menggunakan penyetel yang terletak di puncaknya. Dengan
demikian pembacaan ukuran dapat diatur mulai dengan bilangan bulat.
4. Mistar Ingsut Tak Sebidang ( Off Set
Yaws Vernier Caliper)
Digunakan untuk mengukur jarak antara dua permukaan yang
bertingkat
5. Mistar Ingsut Jarak Senter ( off set
yaws vernier caliper )
Digunakan untuk mengukur jarak antara
senter lubang dan digunakan untuk mengukur jarak dari senter ke tepi.
6. Mistar Ingsut Diameter Alur Dalam (
Grouve Vernier Caliper )
Digunakan untuk mengukur alur di dalam silender, diameter
minimum 30 mm.
7. Mistar Ingsut Pipa (Tube Vernier
Caliper)
Digunakan untuk mengukur tebal dinding pipa dan tebal
plat yang melengkung
8. Mistar Ingsut Posisi Dan Lebar Alur
( Varnier Caliver With Hooked Jaws )
Digunakan untuk mengukur lebar alur dan posisi alur
terhadap tepi atau alur lain.
2.1.4 Hal – hal yang
harus diperhatikan dalam menggunakan Jangka Sorong
· ahang ukur gerak harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik
· Periksa kedudukan nol serta
kesejajaran dari permkaan ke 2 rahang
·
Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung dari
rahang ukur (harus agak kedalam)
·
Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, sehingga memungkinkan pembengkokan
rahang ukur ataupun lidah ukur kedalaman
·
Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut/jangka sorong
diangkat dari objek ukur dengan hati – hati
2.2 MIKROMETER SEKRUP
2.2.1 Deskripsi
Mikrometer pertama
kali dibuat oleh William Gascoigne di abad ke 17. Tapi digunakan untuk mengukur
jarak angular bintang. Kalau mikrometer screew yang dikenal sekarang dibuat
oleh Jean Laurent Palmer dari prancis. Disebut pertama kali dengan nama Palmer.
Mikrometer merupakan
alat ukur linear yang mempunyai kecermatan yang lebih tinggi, yaitu sampai 0,1mm.
Jadi sebetulnya tidak dapat mengukur sampai 1 mikrometer (meskipun nama alat
ini mikrometer). Kadang-kadang ada juga yang dibuat dengan kecermatan 0,005mm,
0,002mm, 0,001mm bahkan 0,0005mm (dibantu dengan skala nonius). Meskipun
demikian, karena keterbasan dari ketelitian pembuatan alat ulir yang merupakan
komponen utama dari sistem pengubah mikrometer ini, maka derajat kepercayaan
atas hasil pengukuran akan turun apabila mikrometer mempunyai kecermatan lebih
kecil dari 0,005mm.
Mikrometer sekrup
mempunyai 2 skala, yaitu skala utama dan skala nonius ditunjukkan oleh selubung
lingkaran luar.
Secara garis besar,
pembagian skala mikrometer sekrup yaitu:
1.
Skala Utama
Terdiri dari
skala : 1,2,3,4,5,6,....mm dan seterusnya
Nilai
Tengah : 0,5;1,5;2,5;3,5....mm dan
seterusnya
2.
Skala Nonius Putar
Terdiri dari skala 1-50 tap skala putar
mundur satu putaran maka skla utama bertambah 0,5mm sehingga satu skala putar
besarnya: 0,5/50 mm =0,01mm
Mikrometer sekrup
mempunyai ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala terkecil
(skala nonius). Skala terkecil mikrometer sekrup adalah 0,001 mm. Dengan
demikian ketidakpastian mikrometer sekrup bisa didapat dengan menggunakan rumus
:
∆X = ½ x nst (nilai skala
terkecil)
∆X = ½ x 0,01 = 0,005 mm
2.1.3 Cara Menggunakan Mikrometer sekrup
Cara menentukan hasil pengukuran dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
1.
Sekrup Penggeser diputar pelan-pelan sehingga rahang skala nonius harus tepat
terimpit dengan skal utama. Bila tidak berimpit berarti terjadi kesalahan nol
2.
Putar sekrup penggeser rahang, dibuka pelan-pelan sampai ukuran bukaan cukup
untuk benda yang akan diukur. Kemudian benda dipasang diantara kedua rahang dan
sekrup penggeser, (putar lagi, pelan-pelan sampai benda terjepit)
3.
Pembacaan pada skala utama dan nonius dicatat
Hasil
pengukuran dengan Mikrometer sekrup dapat dituliskan dengan:
H=
(jumlah skala utama sampai atas skala nonius x 0,5 mm) + (jumlah skala nonius
sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis horizontal pada skala tetap
x 0,001 mm)
2.1.4 Jenis - jenis Mikrometer Sekrup
Jenis – jenis
mikrometer sekrup adalah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mikrometer
Luar (outside micrometer)
Kapasitas ukur dari
mikrometer yang paling kecil adalah sampai dengan 25 mm. Untuk mengukur dimensi
luar yang lebih besar dari 25 mm sampai 100 mm. Yang masing – masing dengan
kecermatan 25 mm. Sebagai mikrometer luar dibantu dengan penunjuk berangka
(digit) yang memudahkan pembacaan hasil pengukuran.
2.
Mikrometer Luar dengan landasan dapat diganti (outside micrometer with
interchangeable anvil)
Satu jenis mikrometer
dibuat dengan rangka yang besar dan mempunyai kapasitas ukur yang relatif besar
yaitu 0 – 100 mm ; 0 – 150 mm ; 100 – 200 mm ; dan seterusnya sampai kapasitas
900 – 1000 mm dengan kenaikan tingkat sebesar 100 atau 150 mm. Untuk semua
kapasitas ukur tersebut, jarak gerak poros ukurannya tetap 25 mm. Dalam hal ini
landasan tetap yang diganti. Sehingga didapat mikrometer luar dengan kapasitas
ukur yang bervariasi.
3.
Mikrometer Indikator (indicator micrometer)
Adalah gabungan
antara mikrometer dengan jam ukur, sebagian dari rangka mikrometer dipakai
sebagai tempat mekanisme penggerak dari jarum ukur. Dalam hal ini landasan
tetap mikrometer dapat bergerak dan berfungsi pula sebagai sensor dari jam
ukur.
4.
Mikrometer Bangku (Bench Micrometer)
Sebagai mikrometer
luar, biasanya mempunyai kecermatan yang tinggi (0,002 mm).
5.
Mikrometer UNI (UNI Micrometer)
Sebagai mikrometer
luar, pengukuran tebal pipa, dan untuk pengukuran tinggi pada meja rata setelah
landasan tetap dilepas.
6.
Mikrometer Dalam Silinder (Tubular Inside Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur diameter dalam. Kedua ujung dari mikrometer berfungsi sebagai sensor.
Kapasitas ukur :
50 – 75 mm sampai
dengan 275 – 300 mm.
7.
Mikrometer Dalam (Inside Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur diametr dalam.
Kapasitas ukur dapat
diubah dengan mengganti batang ukur ; 25 – 50 mm ; 50 – 200 mm ; 200 – 500 mm ;
dan 200 – 1000 mm.
Batang pemegang berfungsi
untuk mempermudah pengukuran diameter yang dalam letaknya.
8.
Mikrometer Dalam Tiga Kaki (Holtest, Triobor)
Digunakan untuk
mengukur diameter dalam dengan cermat , karena kedudukan mikrometer
selalu tetap di tengah lingkaran.
9. Mikrometer
Dalam jenis Rahang (inside Micrometer Caliper)
Digunakan untuk
mengukur diameter dalam pada posisi yang sulit di mana mikrometer biasa tak
bisa di pakai.
10. Mikrometer
Luar (Outside Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur dimensi luar, pada posisi yang sulit.
11.
Mikrometer Kedalaman (Depth Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur kedalaman suatu lubang atau permukaan bertingkat. Batang ukur yang
dapat diganti untuk mengubah kapasitas ukur.
12. Mikrometer
Landasan V (V Anvil Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur diameter serta memeriksa kebulatannya. Untuk mengukur diameter
luar dari perkakas potong dengan 3 sampai 5 alur. Mengukur diameter kisar tap,
dengan bantuan satu kawat.
13 Mikrometer Pipa (Tube Micrometer)
Digunakan untuk
mengukur tebal dinding pipa plat lengkung dan sebagainya.
14. Mikrometer
Pana ( Pana Mikrometer)
Poros ukur tidak
berputar, hanya bergerak maju mundur. Muka ukur dapat diganti dengan berbagai
bentuk, sehingga kemungkinan berbagai pengukuran, misalnya digunakan untuk
mengukur:
-
Diameter kisar dari ulir
-
Roda gigi (Base tangent)
-
Tebal dinding pipa
-
Diameter alur luar
-
Tebal inti dari bor
-
Diameter kaki dari poros bintang
15. Mikrometer
Roda Gigin (Gear Micrometer)
Muka ukur berupa bola
yang dapat diganti untuk bebrapa macam diameter. Kedua bola masing-masing
diletakkan diantara dua gigi. Modul gigi adalah dari 0,5 sampai 5,25 mm.
16. Mikrometer
Piringan (Disc Micrometer)
Dengan muka ukur yang
lebar kemungkinan pengukuran jarak antara beberapa gigi, bagian bersayap, dan
sebagainya.
17. Mikrometer
Alur (Groove Micrometer)
Mengukur ukuran luar
dan dalam, misalnya:
-
Lebar alur
-
Posisi alur
-
Lebar tonjolan
18. Mikrometer
Luar degan Jam ( Outside Micrometer With Head)
Landasan tetap
merupakan sensor dari jam ukur. Fungsi sama seperti mikrometer indikator , yaitu untuk
mengukur dimensi produk dalam jumlah besar.
19. Mikrometer
Kepala ( Head Micrometer )
Mikrometer yang
mempunyai rangka. Dipasang pada alat lain, misalnya untuk mendorong meja pada
mikroskop atau profil proyektor untu suatu jarak tertentu sesuai dengan yang
ditunjukkan skala mikrometer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm
·
Ketelitian micrometer sekrup adalah 0,01 mm
·
Ketelitian spherometer adalah 0,01 mm
·
Untuk mengukur jari-jari kelengkungan lensa dapat digunakan rumus :
R- (1/2)h + s²/ 6h
3.2KRITIK DAN SARAN
Dari makalah yang telah dibuat, pasti
terdapat kesalahan dalam penulisan isi dari makalah ini.maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
makalah – makalah yang akan dibuat berikutnya lebih sempurna.Atas kritik
dan saran yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2004. Fisika
Terpadu. Bandung: Erlangga
Hidayat, S. Lilik.
1990. Kamus Fisika. Klaten: Intan Pariwara
Kamajaya, K. 2003. Fisika
untuk SMU Kelas I. Jakarta: Ganeca
Kanginan, Marten. 2004. Fisika Untuk SMA Kelas X.
Jakarta: Erlangga Rochim, Taufik dan Soetarto. 1980. Teknik Pengukuran
( Metrologi Industri ). Semarang: PT. Cipta Sari
Ruwanto, Bambang.
2003. Asas-asas Fisika. Jakarta: Yudistira
Tim Fisika Dasar I.
2006. Penuntun Pratikum Fisika Dasar I. Jambi: UnIversitas Jambi
Young, D Hugh dan
Roger A. Freedman. 2002.Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar