Minggu, 07 April 2013



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
       Bumi Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup tinggi, hal ini disebabkan karena bentuk tubuh dari bumi Indonesia khususnya litosfernya tersusun dari kristal dan mineral juga batuan yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi. Oleh sebab itu kita perlu mengenal dan mempelajari lebih dalam lagi tentang kristal dan mineral baik melalui teori ataupun dengan melakukan praktikum tentang kristal dan mineral.
       Dalam pelaksanaan praktikum kristalografi dan mineralogi ini ada yang melatar belakanginya yaitu mata kuliah yang disebut kristalografi dan mineralogi yang disampaikan secara teori oleh dosen mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Teori-teori yang didapat akan mudah dimengerti apabila dilakukan suatu kegiatan praktikum, dengan dilaksanakannya praktikum diharapkan kita dapat memahami suatu kristal dan mineral dengan jelas sebagai penunjang mata kuliah kristalografi dan mineralogi serta untuk memudahkan teori-teori yang diberikan pada mata kuliah kristalografi dan mineralogi.
       Dengan mengingat pentingnya diadakan praktikum ini, maka ketua jurusan menyetujui diadakannya pelaksanaan tersebut dan seluruh mahasiswa (i) jurusan Teknik Pertambangan semester 1 wajib mengikutinya.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahankomposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral juga dapatdiartikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dariunsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnyatersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan darisusunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akandibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapatdidefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunantiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dancara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristaldan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh ataumemperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral.
Kristalografi adalah suatu disiplin ilmu dalam bidang geologi,kimia dan fisika yang mempelajari bentuk dari Kristal dan bagaimana dilakukan cara penggambarannya.Kristal didefinisikan sebagai benda padat homogeny yang dibatasi oleh bidang muka yang licin (tidak kasar)sebabai ekspresi dari bangun dalam (Internal Struktur) ion, atom atau molekul berbentuk polyhedral yang teratur.Secara alamiah Kristal terbentuk karena atom dan ion maupun molekul bebas, pada proporsi yang tepat berkumpul untuk membentuk Kristal, dimana selama proses pembentukannya ( Proses Kristalisasi), Kristal mempunyai kecenderungan mengikuti rongga dibawah permukaan bumi sehingga alamiah Kristal sangat jarang ditemui dipermukaan magma atau rekkristalisasi dan dalm keadaan padat. Bahan pembentuk Kristal dapat berupa pelarutan air, hidrotermal dan dalam larutan yang menghasilkan pada pembekuan magma atau pada rekkristalisasi dan dalam keadaan padat. Perawakan Kristal terbentuk sebagai adanya kejadian atau proses geologi :
a.    Proses eksogenik, yaitu proses rekristalisasi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya asal luar.
b.    Prose endogenik, yaitu prose dimana Kristal berasal dari kristalisasi magma.
c.    Prose tektonik lampung, merupakan proses dari suatu mineralisasi dan berasosiasi dengan jalur magmatic dan zona pelapukan.
Adapun cirri-ciri yang khas dari  Kristal adalah :
1.             Bersifat padat
2.             Mempunyai kekerasan tertentu
3.             Menunjukan sifat kelistrikan dan kemagnetan
4.             Mempunyai ikatan kimia
5.             Mempunyaistruktur dalam dasar teori

Materi dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Jadi intinya, untuk dapat mempelajari ilmu Geologi, kita harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut Kristalografi. Dalam studi Geologi, kita tentunya harus terlebih dahulu menguasai tentang kristal sebelum mempelajari tingkat selanjutnya dalam ilmu Geologi. Karena itu kristal adalah syarat untuk dapat mempelajari Geologi.
Dalam studi Geologi yang mempelajari keseluruhan hal-hal tentang Bumi mulai dari pembentukkan, komposisi, sifat-sifat fisik, struktur, hingga gejala-gejala yang terjadi didalamnya, kita tentu saja harus mempelajari dasar-dasar tentang Bumi dan juga pembagian-pembagiannya secara khusus nantinya. Dan pada tahap pertama yang harus dipelajari adalah apa sajakah sebenarnya materi-materi pembentuk Bumi kita ini. Setelah itu barulah kita dapat mempelajari materi pada tingkat-tingkat selanjutnya yang ada dalam ruang lingkup studi Teknik Geologi.
Pada materi yang telah kita pelajari sebelumnya, yaitu materi Kristalografi, telah dijelaskan urutan materi pembentuk Bumi ini. Dari yang terkecil yaitu kristal, mineral dan kemudian adalah batuan. Dan yang akan lita pelajari selanjutnya adalah tentang mineral. Dalam mempelajari semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan dasar pembentuk Bumi ini. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya, kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat di Bumi, bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat mengetahui manfaat dari mineral itu sendiri.
Dengan demikian kegiatan praktikum kali ini memiliki kegunaan bagi praktikan untuk mengenal ilmu kristalografi dan mineralogy  dalam kehidupan sehari-hari.






1.2.       Dasar Teori
       Kristalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari bentuk fisik kristal dan cara bagaimana penggambarannya, istilah kristal berasal dari bahasa Yunani dan beberapa ahli berpendapat bahwa baik berupa asumsi atau pendapat maupun hasil dari penelitian serta berbagai percobaan maupun analisa baik dari bentuk ataupun struktur kristal tersebut.
       Kristal didefinisikan sebagai benda padat homogen dan memiliki batas bidang-bidang muka tertentu dimana keteraturan dari bidang-bidang tersebut merupakan ekspresi dari bentuk bangun dalam (internal structure) suatu ion, atom, dan molekul.
       Adapun pendapat dari para ahli yang mengemukakan suatu kristal baik berdasarkan asumsi maupun dari penelitian dan juga percobaan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Pliny adalah orang yang pertama kali mempublikasikan kristal dalam bukunya yang berjudul Natural History.
2.    Nicholas Steno (1639-1686), berdasarkan hasil tes dan percobaannya dengan kristal kuarsa, maka keluar dalil yang berbunyi sama lebih dikenal dengan ketetapan suatu sudut kristal kristal atau ( The Law Contancy Of Interpasial Angeles ) yang menyatakan bahwa :
a.    Sudut antara dua bidang kristal dalam suatu individu kristal yang tetap atau konstan walaupun bidang-bidang kristalnya bergeser tempat karena pertumbuhan kristal itu sendiri.
b.    Sudut antara dua bidang kristal sama besarnya dengan sudut yang bersamaan pada individu lainnya setiap jenis mineral yang sama.
3.    Gugliemini (1655-1750), menganalisa struktur kristal berdasarkan pada adanya ketetapan arah belahan pada kristal.
4.    Hauy (1743-1822), mempublikasikan teorinya tentang struktur kristal disebutkan dengan “ Traite De Mineralogy “ yang dikenal dengan atau disebut dengan hokum Hauy yang diantaranya itu sumbu refensi dimana dapat diketahui sumbu dan posisi dari bidang muka Kristal dapat juga ditentukan.
5.    Roma De Isle (1736) adalah orang yang pertama kali melakukan pengukuran sudut Kristal dengan menggunakan alat Geniometer kontak.
6.    Johanes Kepler (1661) menyatakan ketentuan bentuk Kristal yang berdasarkan pada ketetapan arah dari belahan Kristal.
7.    Brafis (1849) memperkenalkan 14 ruang dan sisi Kristal yang diantaranya adalah:
- Triklinik
- Monoklinik
- Orthorombik
- Cubic

1.2.1.           Pengertian Kristal
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur.Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
Ø   Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
Ø   Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika
Ø   Terbentuknya oleh proses alam
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri :
Ø   jumlah bidang suatu kristal selalu tetap
Ø   macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap
Ø   sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai kristal.
kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya “terpasang” pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Kristal juga dapat  didefinisikan sebagai bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.

1.2.2.           Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
·               Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
·               Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
·               Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan u  nsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

1.2.3.           Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.
Tabel 1.1 Tujuh Sistem Kristal
No
Sistem Kristal
Axial Ratio
Sudut Kristalografi
1
Isometrik
a = b = c
α = β = γ = 90˚
2
Tetragonal
a = b ≠ c
α = β = γ = 90˚
3
Hexagonal
a = b = d ≠ c
α = β = 90˚ ; γ = 120˚
4
Trigonal
a = b = d ≠ c
α = β = 90˚ ; γ = 120˚
5
Orthorhombik
a ≠ b ≠ c
α = β = γ = 90˚
6
Monoklin
a ≠ b ≠ c
α = β = 90˚ ≠ γ
7
Triklin
a ≠ b ≠ c
α ≠ β ≠ γ ≠ 90˚

1.2.4.           Sumbu, Sudut dan Bidang Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu : gire, giroide, dan sumbu inversi putar.Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).
1.2.5.           Proyeksi Orthogonal
Proyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.
Pada praktikum kristalografi yang dilakukan di laboratorium Kristalografi dan Mineralogi jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Medan. Penggambaran kristal menggunakan proyeksi penggambaran orthogonal ini.


Tabel 1.2 Penggambaran Tujuh Sistem Kristal
No
Sistem Kristal
Perbandingan Sumbu
Sudut Antar Sumbu
1
Isometrik
a : b : c = 1 : 3 : 3
a+^bˉ = 30˚
2
Tetragonal
a : b : c = 1 : 3 : 6
a+^bˉ = 30˚
3
Hexagonal
a : b : c = 1 : 3 : 6
a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
4
Trigonal
a : b : c = 1 : 3 : 6
a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚
5
Orthorhombik
a : b : c = sembarang
a+^bˉ = 30˚
6
Monoklin
a : b : c = sembarang
a+^bˉ = 45˚
7
Triklin
a : b : c = sembarang
a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚

1.2.6.           Aplikasi Kristalografi Pada Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari ilmu Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi. Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
1.2.7.           Aplikasi Mineral Pada Bidang Geologi.
 Mineralogi adalah suatu ilmu pengetahuan, yaitu cabang dari ilmu geologi yang mempelajari tentang sifat dan ciri mineral-mineral pembentuk batuan yang terdapat didalam bumi dan manfaatnya bagi kehidupan manusia serta dampak yang dapat terjadi terhadap sifat dan ciri tanah.
Sifat-sifat fisik suatu mineral sangat dibutuhkan dalam pengenalan mineral secara megaskopis, yaitu mengenal dan mendeterminasi mineral tanpa adanya penggunaan mikroskop. Dengan cara seperti ini seseorang bisa mendeterminasi sekitar ratusan mineral. Dari berbagai macam sifat fisik mineral tersebut telah dibuktikan kegunaan dan manfaatnya. Kemajuan litbang dalam iptek penggunaan dan pemanfaatan mineral yang saat ini masih berlangsung khususnya pada sifat-sifat fisik yang dimiliki mineral, dapat dilihat dari semakin banyaknya pengunaan berbagai macam atau jenis mineral didalam segala aspek kehidupan sehari-hari.

1.2.8.           Pengertian mineral.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Sebagaimana kita ketahui ada mineral yang berbentuk :
·   Lempeng
·   Tiang
·   Limas
·   Kubus
Mineral juga dapat diartikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola  internal susunan tiga dimensi yang teratur.  Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,  bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1.2.8.1.  Suhu Kohesi.
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
1.2.8.2.  Reaksi Terhadap Cahaya.
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
1.2.8.3.  Perawakan Kristal.
Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
1.2.8.4.    Sifat Kelistrikan.
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
1.2.8.5.  Sifat Radioaktivitas.
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time).
1.2.8.6.    Gejala Emisi Cahaya.
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
1.2.8.7.  Bau dan Rasa.
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
·      Bau Sulforous ialah bau yang seperti bau Sulfur (S).
·      Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
·      Bau Argillerous adalah bau seperti lempung (tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
·      Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
·      Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
·      Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.
1.2.8.8.    Proses Pembentukan Mineral.
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
siklus pembentukan batuan dan mineral
1.2.8.8.1.               Proses magmatis.
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.    Early magmatis, yang terbagi atas:
·         Disseminated, contohnya Intan
·         Segregasi, contohnya Crhomite
·         Injeksi, Contohnya Kiruna
2.    Late magmatis, yang terbagi atas:
·         Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
·         Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
·         Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
·         Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

1.2.8.8.2.               Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
1.2.8.8.3.               Proses Pneumatolisis.
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
1.2.8.8.4.               Proses Hydrothermal.
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1.    Endapan hipotermal, ciri-cirinya :
·         Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
·         Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
·         Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
·         Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
2.    Endapan mesotermal, ciri-cirinya :
·           Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
·           Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
·           Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
·           Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
·           Proses pengayaan sering terjadi.

3.    Endapan epitermal, ciri-cirinya :
·         Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
·         Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
·         Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
·         Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
·         Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
·         Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.

1.2.8.8.5.          Proses Replacement.
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
1.2.8.8.6.          Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.


1.2.8.8.7.          Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
1.2.8.8.8.          Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
·      Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
·      Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.
1.2.8.9.  Proses pembentukan Batuan.
Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bias berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen terbentuk karena berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan atau evaporasi. Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan pirokasit. Batuan metaforf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi,namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal dibawah temperature magma.
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.

1.2.8.9.1.        Felsic Mineral.
Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.
A. Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya. Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
B. Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1.     Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2.     Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan Plagioklas.
·         Orthoclase (Potassium feldspar)
Orthoklas adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan baku dalam industri keramik.
·                Plagioklas feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76. plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
C. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
·         Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar. Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
·           Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih keabu-abuan.

1.2.8.9.2.        Mafic Mineral.
Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.


A. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B. Piroksin
Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin. Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam batuan plutonik, piroksin adalah Augite.
C. Amphibole (Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
D. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al.
1.3.       Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud
Dalam studi geologi, setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang Kristal, tahap selanjutnya adalah mempelajari ilmu tentang mineral atau minerologi. Minerologi sendiri berkaitan dengan kristalografi dalam pembelajarannya. Terkait dengan mineral adalah komponen dasar dalam geologi karena mineral adalah pembentuk batuan yang menjadi inti dari geologi, tentu saja kita harus mempelajari dan menguasainya untuk dapat melanjutkan ketingkat berikutnya. Dan dengan menjalani praktikum kali ini dimaksudkan agar kita dapat mengenal,mengetahui dan menguasai minerologi yang menjadi salah satu dasar terpenting dalam geologi. Dengan bekal ilmu tentang Kristal yang diperoleh sebelumnya.

1.3.2. Tujuan.
Adapun tujuan dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini adalah :
1.   Menentukan sistem-sistem kristal dari berbagai macam bentuk kristal berdasarkan panjang, posisi, dan jumlah sumbu yang ada dalam setiap bentuk dari kristal.
2.      Menentukan kelas simetri berdasarkan jumlah unsur simetri tiap kristal.
3.      Dapat mengenali, mendeskripsikan, serta menentukan nama-nama-nama mineral pembentuk batuan berdasarkan sifat-sifat fisiknya secara megaskopis.
4.      Dapat mengetahui struktur kristal, komposisi kimia, asosiasi dengan mineral lain serta proses pembentukan mineral tersebut.
5.    Menguasai “indisces” dan dapat menghitung sudut antar bidang Kristal.
6.      Dapat mengenal Kristal berdasarkan bentuk idealnya.
7.      Mengetahui sifat fisik dari mineral.

1.4.       Batasan Masalah
Dalam laporan ini hanya membahas secara umum tentang Kristalografi dan Mineralogi yang menjadi dasar dalam pengetahuan tentang ilmu Kristalografi dan Mineralogi.

1.5.       Metode Penulisan
Metode penulisan dalam laporan ini adalah dengan cara pengetikan dengan komputer yang data-datanya di ambil dari hasil pengamatan serta dengan mencari data-data saat praktikum.
Selain itu dengan menggunakan metode kepustakaan dengan mencari data-data yang berhubungan dengan laporan ini, baik itu melalui buku-buku atau dengan bahan-bahan yang diperoleh dari dosen mata kuliah kristalografi dan minerologi..

1.6.       Alat dan Bahan
1.6.1.      Alat Kristalografi
Peralatan yang digunakan dalam praktikum kristalografi adalah :
1. Jangka
2. Busur derajat
3. Penggaris
4. Pensil warna
5. Pensil mekanik (0,5 mm)
6. Pen berwarna (milipen)
7. Rapido
8. Kertas HVS A4/A4S
9. Clipboard

1.6.2.           Alat Mineralogi
       Peralatan yang digunakan dalam praktikum mineralogi adalah :
1. Kuku jari tangan                    
2. Jarum                                     
3. Uang logam tembaga             
4. Paku besi                                
5. Pisau baja/pisau lipat              
6. Kaca                                       
7. Lup
8. Kikir baja
9. Amplas (kasar)
10. Porselin
11. Palu
12. Magnet
13. Lilin

1.6.3.      Bahan
       Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa contoh mineral yang terdapat di Laboratorium Teknik

1 komentar: